Minggu, 31 Oktober 2010

STP

Diagnosa WAN

I. Tujuan
Agar dapat mengkonfigurasi STP pada topologi yang diberikan
Mengerti STP dan pengimplementasiannya
Agar mengetahui hasil kerja dari STP

II. Pendahuluan
Spanning Tree Protocol (STP) adalah link layer networ protocol yang menjamin tidak adanya loop dalam topologi dari banyak bridge/switch dalam LAN. Dalam model OSI untuk jaringan komputer, STP ada di layer 2 OSI.
Spanning tree memperbolehkan desain jaringan memiliki redundan links untuk membuat jalur backup otomatis jika sebuah link aktif gagal bekerja, tanpa adanya bahaya dari loop pada bridge/switch. Loop pada bridge/switch akan menghasilkan flooding pada network.
Spanning Tree Protocol ini didefenisikan pada IEEE Standard 802.1D. Seperti namanya, protokol ini membuat sebuah spanning tree dalam jaringan yang menghubungkan banyak bridge/switch ( biasanya Ethernet switches), dan menon-aktifkan links yang tidak termasuk dalam tree, meninggalkan satu jalur aktif antara dua buah jaringan.

III. Alat & Bahan
Software Packet Tracer

IV.Langkah Kerja

Topologi yang diberikan


Konfigurasi IP di host tujuan dan host sumber



Konfigurasi pada switch pertama : interface fa0/2 di access vlan 2 dengan perintah switchport access vlan 2 lalu interface fa0/1 di mode trunk dan disetting stp dengan port priority 128.



Pada switch kedua : interface fa0/1 di access vlan 2 lalu di trunk dan diset port priority 112 lalu interface fa0/2 di mode trunk juga dan stp port priority 96

Pada Switch Ketiga : interface fa0/1 di access vlan 2 lalu di trunk dan stp port priority 80 lalu interface fa0/2 di mode trunk dan stp port priority 64
Pada switch keempat : interface fa0/1 di access vlan 2 lalu di trunk dan stp port priority 48 lalu interface fa0/2 di trunk dan stp port priority 32

Pada switch kelima : interface fa0/2 di access vlan 2 lalu interface fa0/1 di trunk dan stp port priority 16.

  1. Kesimpulan

Jadi dengan melakukan praktek ini kita dapat mengetahui cara kerja stp dan fungsi stp untuk menghindari looping data dan kita juga dapat mengetahui hasil kerja dengan menggunakan stp.

Minggu, 17 Oktober 2010

VLAN Trunking Protocol (VTP)

DIAGNOSA WAN

  1. Tujuan

      1. Dapat mengetahui tentang VTP

      2. Dapat melakukan konfigurasi VTP

      3. Dapat melakukan mengimplementasikan VTP

  1. Pendahuluan

VTP adalah suatu metoda dalam hubungan jaringan LAN dengan ethernet untuk

menyambungkan komunikasi dengan menggunakan informasi VLAN, khususnya ke VLAN.

VLAN Trunking Protocol (VTP) merupakan fitur Layer 2 yang terdapat pada jajaran switch Cisco Catalyst, yang sangat berguna terutama dalam lingkungan switch skala besar yang meliputi beberapa Virtual Local Area Network (VLAN).

  1. Alat dan Bahan

      1. PC

      2. Aplikasi Packet Tracer

  1. Langkah Kerja

Buat contoh topologi seperti dibawah ini lalu tentukan masing masing vlannya.


Setelah ditentukan vlannya kemudian setting di masing masing interface

Masukan IP Address di tiap host, contoh : dari PC0-PC5 (192.168.1.1-192.168.1.6)


Lalu setting di switch pertama buat vlan dengan nama vlan100 dengan vlan id 2 dan vlan200 vlan id 3.

Lalu interface yang dihubungkan ke switch lain di set menjadi trunk


Lalu setting vlan sesuai interface pada PC dan VLAN ID yang telah ditentukan pada tiap PC pada topologi.

Lalu pada switch kedua setting sama seperti switch pertama dengan vlan300 vlan id 2 dan vlan400 dengan vlan id 3

Lalu setting interface yang akan terhubung ke switch lain sebagai trunk.

Lalu setting interface dengan vlan yang telah ditentukan pada topologi pada tiap PC.

Lalu lakukan uji koneksi dari PC1 ke PC5 yang berada di switch yang berbeda tetapi vlan id sama yaitu 2.

Ini adalah hasil uji koneksi dari PC2 ke PC4 yang berbeda vlan id yaitu vlan id 2 ke vlan id 3.

  1. Kesimpulan

Jadi dengan vlan trunking protocol kita dapat menghubungkan vlan yang banyak tergantung dengan vlan id nya karena asalkan vlan id sama walaupun berbeda switch dapat tetap terkoneksi jadi seolah olah switch yang banyak dengan vlan yang banyak pula seolah olah tetap 1 switch karena dengan VTP vlan id yang sama dapat terkoneksi.

STP

Pengertian Spanning Tree Protocol (STP)

  1. Spanning Tree Protocol adalah sebuah protokol yang berada di jaringan switch yang memungkinkan semua perangkat untuk berkomunikasi antara satu sama lain agar dapat mendeteksi dan mengelola redundant link dalam jaringan.
  2. Spanning Tree Protocol adalah sebuah protokol bridge yang menggunakan (Spanning Tree Algorithm) STA untuk menemukan link redundant (cadangan) secara dinamis dan menciptakan sebuah topologi database spanning-tree. Bridge bertukar pesan BPDU (bridge protocol data unit) dengan bridge lain untuk mendeteksi loop-loop dan kemudian menghilangkan loop-loop itu dengan cara mematikan interface-interface bridge yang dipilihnya.
  3. Spanning Tree Protocol adalah protocol untuk pengaturan koneksi dengan menggunakan algoritma spanning tree.
  4. Spanning Tree Protocol adalah link layer networ protocol yang menjamin tidak adanya loop dalam topologi dari banyak bridge/switch dalam LAN.

Kelebihan Spanning Tree Protocol (STP)
  1. Menghindari Trafic Bandwith yang tinggi dengan mesegmentasi jalur akses melalui switch
  2. Menyediakan Backup / stand by path utk mencegah loop dan switch yang failed/gagal
  3. Mencegah looping

Tugas utama STP
  1. Menghentikan terjadinya loop-loop network pada network layer 2 (bridge atau switch). STP secara terus menerus memonitor network untuk menemukan semua link, memastikan bahwa tidak ada loop yang terjadi dengan cara mematikan semua link yang redundant. STP menggunakan algoritma yang disebut spanning-tree algorithm (STA) untuk menciptakan sebuah topologi database, kemudian mencari dan menghancurkan link-link redundant. Dengan menjalankan STP, frame frame hanya akan diteruskan pada link-link utama yang dipilih oleh STP.
  2. Problem utama yang bisa dihindari dengan adanya STP adalah broadcast storms.

    Broadcast storms menyebabkan frame broadcasts (atau multicast atau unicast yang destination addressnya belum diketahui oleh switch) terus berputar-putar (looping) dalam network tanpa henti.Gambar berikut adalah contoh sederhana LAN dengan link yang redundant.


    STP mencegah terjadinya looping dengan menempatkan setiap port switch pada salah satu status : Forwarding atau Blocking. Interface dengan status forwarding bertingkah normal, mem-forward dan menerima frame, sedangkan interface dengan status blocking tidak memproses frame apapun kecuali pesan-pesan STP. Semua port yang berada dalam status forwarding disebut berada pada jalur spanning tree(topology STP), sekumpulan port-port forwarding membentuk jalur tunggal dimana frame ditransfer antar-segment. Gambar berikut adalah LAN dengan link redundant yang sudah memanfaatkan STP.


    Dengan begini, saat Bob mengirimkan frame broadcast, frame tidak mengalami looping. Bob mengirimkan frame ke SW3 (step 1), kemudian SW3 mem-forward frame hanya ke SW1(step 2), karena port Gi0/2 dari SW3 berada pada status blocking. Kemudian, SW1 mem-flood frame keluar melalui Fa0/11 dan Gi0/1 (step 3) . SW2 mem-flood frame keluar melalui Fa0/12 dan Gi0/1 (step4). Namun, SW3 akan mengabaikan frame yang dikirmkan oleh SW2, karena frame tersebut masuk melalui port Gi0/2 dari switch SW3 yang berada pada status blocking.

    Dengan topology STP seperti pada gambar diatas, switch-switch tidak mengaktifkan link antara SW2 dan SW3 untuk keperluan traffick dalam VLAN. Namun, jika link antara SW1 dan SW3 mengalami kegagalan dalam beroperasi, maka STP akan membuat port Gi0/2 pada SW3 menjadi forwarding sehingga link antara SW3 dan SW2 menjadi aktif dan frame tetap bisa ditransfer secara normal dalam VLAN.
  3. Menyediakan system jalur backup & juga mencegah loop yang tidak diinginkan pada jaringan yang memiliki beberapa jalur menuju ke satu tujuan dari satu host.

Cara Kerja Spanning Tree Protocol (STP)
  1. Menentukan root bridge.
    Root bridge dari spanning tree adalah bridge dengan bridge ID terkecil (terendah). Tiap bridge mempunyai unique identifier (ID) dan sebuah priority number yang bisa dikonfigurasi. Untuk membandingkan dua bridge ID, priority number yang pertama kali dibandingkan. Jika priority number antara kedua bridge tersebut sama, maka yang akan dibandingkan selanjutnya adalah MAC addresses. Sebagai contoh, jika switches A (MAC=0000.0000.1111) dan B (MAC=0000.0000.2222) memiliki priority number yang sama, misalnya 10, maka switch A yang akan dipilih menjadi root bridge. Jika admin jaringan ingin switch B yang jadi root bridge, maka priority number switch B harus lebih kecil dari 10.
  2. Menentukan least cost paths ke root bridge.
    Spanning tree yang sudah dihitung mempunyai properti yaitu pesan dari semua alat yang terkoneksi ke root bridge dengan pengunjungan (traverse) dengan cost jalur terendah, yaitu path dari alat ke root memiliki cost terendah dari semua paths dari alat ke root.Cost of traversing sebuah path adalah jumlah dari cost-cost dari segmen yang ada dalam path. Beda teknologi mempunya default cost yang berbeda untuk segmen-segmen jaringan. Administrator dapat memodifikasi cost untuk pengunjungan segment jaringan yang dirasa penting.
  3. Non-aktifkan root path lainnya.
    Karena pada langkah diatas kita telah menentukan cost terendah untuk tiap path dari peralatan ke root bride, maka port yang aktif yang bukan root port diset menjadi blocked port. Kenapa di blok? Hal ini dilakukan untuk antisipasi jika root port tidak bisa bekerja dengan baik, maka port yang tadinya di blok akan di aktifkan dan kembali lagi untuk menentukan path baru.

Istilah dalam Spanning Tree Protocol (STP)
  1. Root Bridge adalah bridge dengan bridge ID terbaik. Dengan STP, kuncinya adalah agar semua switch di network memilih sebuah root bridge yang akan menjadi titik fokus di dalam network tersebut. Semua keputusan lain di network seperti port mana yang akan di blok dan port mana yang akan di tempatkan dalam mode fowarding.
  2. BPDU semua switch bertukar informasi yang digunakan dalam pemilihan root switch, seperti halnya dalam konfigurasi selanjutnya dari network. Setiap switch membandingkan parameter-parameter dalam Bridge Protocol Data Unit (BPDU) yang mereka kirim ke satu tetangga dengan yang mereka peroleh dari tetangga lain.
  3. Bridge ID adalah bagaimana STP mengidentifikasi semua switch dalam network. ID ini ditentukan oleh sebuah kombinasi dari apa yang disebut bridge priority (yang bernilai 32.768 secara default pada semua switchj Cisco) dan alamat MAC dasar. Bridge dengan bridge ID terendah akan menjadi root bridge dalam network. STP bridge ID (BID) adalah angka 8-byte yang unik untuk setiap switch. Bridge ID terdiri dari 2-byte priority dan 6-byte berikutnya adalah system ID, dimana system ID berdasarkan pada MAC address bawaan tiap switch. Karena menggunakan MAC address bawaan ini dapat dipastikan tiap switch akan memiliki Bridge ID yang unik. STP mendefinisikan pesan yang disebut bridge protocol data units (BPDU), yang digunakan oleh switch untuk bertukar informasi satu sama lain. Pesan paling utama adalah Hello BPDU, berisi Bridge ID dari switch pengirim.
  4. Nonroot bridge adalah semua bridge yang bukan root bridge. Nonroot bridge bertukar BPDU dengan semua bridge dan mengupdate topologi database STP pada semua switch, mencegah loop-loop dan menyediakan sebuah cara bertahan terhadap kegagalan link.
  5. Root port selalu merupakan link yang terhubung secara langsung ke root bridge atau jalur terpendek ke root bridge. Jika lebih dari satu link terhubung ke root bridge maka sebuah cost dari port ditentukan dengan mengecek bandwidth dari setiap link. Port dengan cost paling rendah menjadi root port. Jika banyak link memiliki cost yang sama maka bridge dengan bridge ID diumumkan yang lebih rendah akan di gunakan. Karena berbagai link dapat berasal dari alat yang sama, maka nomor port yang terendahlah yang akan digunakan.
  6. Designated port adalah sebuah port yang telah ditentukan sebagai cost yang terbaik (cost lebih rendah) daripada port yang lain. Sebuah designated port akan ditandai sebagai sebuah fowarding port (port yang akan mem forward frame).
  7. Port Cost menentukan kapan sebuah link dari beberapa link yang tersedia digunakan di antara dua switch dimana kedua port ini bukan root port. Cost dari sebuah link ditentukan oleh bandwidth dari link.
  8. Nondesignated port adalah port dengan sebuah cost yang lebih tinggi daripada designated port, yang akan ditempatkan di mode blocking. Sebuah nondesignated port bukan sebuah fowarding port.
  9. Fowarding port meneruskan atau memfoward frame.
  10. Blocked port adalah port yang tidak meneruskan frame-frame, untuk menghindari loop-loop. Namun sebuah blocked port akan selalu mendengarkan frame.
  11. Ether Channelmengkombinasikan beberapa segment parallel yang memiliki kecepatan yang sama menjadi satu. Switch memperlakukan EtherChannel sebagai interface tunggal berkenaan dengan proses memforward frame seperti halnya juga STP. Hasilnya, jika salah satu link gagal, tapi salah satu link lain dalam EtherChannel masih beroperasi, maka STP tidak akan terjadi. EtherChannel juga menyediakan bandwidth yang lebih banyak. Trunk-trunk pada EtherChannel berada pada status forwarding semua atau blocking semua, karena STP memperlakukan semua trunk pada EtherChannel sebagai 1 trunk. Saat EtherChannel berada pada status forwarding, maka switch akan melakukan load-balance (membagi rata) traffik pada semua trunk, sehingga bandwidth yang tersedia jadi lebih banyak.














  12. Port Fast memungkinkan switch untuk menempatkan sebuah interface kedalam status forwarding secara langsung tanpa harus menunggu 50 detik. Tetapi, hanya port yang diketahui tidak akan dihubungkan dengan switch yang lain yang bisa dijalankan fitur PortFast.

Cara memilih Root Bridge
Bridge ID digunakan untuk memilih root bridge di dalam domain STP dan juga menentukan root port. ID ini panjangnya 8 byte dan mencakup baik priority maupun alamat MAC dari alat. Priority default pada semua alat yang menjalankan STP versi IEEE adalah 32.768.

Untuk menentukan root bridge, priority dari setiap bridge dikombinasikan dengan alamat MAC. Jika dua switch atau bridge ternyata memiliki nilai priority yang sama, maka alamat MAC menjadi penilai untuk memutuskan siapa yang memiliki ID yang terendah (yang juga terbaik). Contoh jika ada switch A dan B dan keduanya memiliki priority default yang sama yaitu 32.768, maka alamat MAC yang akan digunakan untuk penentuan. Jika alamat MAC switch A adalah 0000.0A00.1300 dan alamat MAC switch B adalah 0000.0A00.1315 maka switch A akan menjadi root bridge.

BPDU secara default dikirimkan setiap 2 detik, keluar dari semua port yang aktif pada sebuah bridge dan switch dengan bridge ID yang terendah dipilih sebagai root bridge. Kita dapat mengubah bridge ID dengan cara menurunkan prioritynya sehingga ia akan menjadi root bridge secara otomatis.

Cara memilih Designated Port
Jika lebih dari satu link dihubungkan ke root bridge maka cost dari port menjadi faktor yang di gunakan untuk menentukan port mana yang akan menjadi root port. Jadi untuk menentukan port yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan root bridge. Pertama harus memperhitungkan cost dari jalur tersebut. Cost dari STP adalah sebuah jalur total yang di akumulasi berdasarkan pada bandwidth yang tersedia pada tiap link.


Status Port Spanning Tree Protocol (STP)
  1. Blocking (memblok) sebuah port yang di block tidak akan meneruskan frame, ia hanya mendengarkan BPDU-BPDU. Tujuan dari status blocking adalah untuk mencegah penggunaan jalur yang mengakibatkan loop. Semua port secara default berada dalam status blocking ketika switch dinyalakan.
  2. Listening (mendengar) port mendengar BPDU untuk memastikan tidak ada loop yang terjadi pada network sebelum mengirimkan frame data. Sebuah port yang berada dalam status listening mempersiapkan diri untuk memfoward frame data tanpa mengisi tabel alamat MAC.
  3. Learning (mempelajari) port switch mendengarkan BPDU dan mempelajari semua jalur di network switch. Sebuah port dalam status learning mengisi tabel alamat MAC tetapi tidak memfoward frame data.
  4. Fowarding (mem foward) port mengirimkan dan menerima semua frame data pada port bridge. Jika port masih sebuah designated port atau root port yang berada pada akhir dari status learning maka ia akan masuk ke status ini.
  5. Disabled (tidak aktif) sebuah port dalam status disabled (secara administratif) tidak berpatisipasi dalam melakukan fowarding terhadap frame ataupun dalam STP. Sebuah port dalam status disabled berarti tidak bekerja secara virtual.

Saat Terjadi Perubahan dalam Network
Berikut adalah proses yang terjadi saat topology STP berjaln normal tanpa ada perubahan:
  1. Root switch membuat dan mengirimkan Hello BPDU dengan cost 0 keluar melalui semua port/interfacenya yang aktif.
  2. Switch non-root menerima Hello dari root port miliknya. Setelah mengubah isi dari Hello menjadi Bridge ID dari switch pengirim, switch mem-forward Hello kedesignated port.
  3. Langkah 1 dan 2 berulang terus sampai terjadi perubahan pada topology STP.
Ketika ada interface atau switch yang gagal beroperasi, maka topology STP akan berubah; dengan kata lain terjadi STP convergence.
  1. Interface yang tetap berada dalam status yang sama, maka tidak perlu ada perubahan.
  2. Interface yang harus berubah dari forwarding menjadi blocking, maka switch akan langsung merubahnya menjadi blocking.
  3. Interface yang harus berubah dari blocking menjadi forwarding, maka switch pertama kali akan mengubahnya menjadi listening, kemudian menjadi learning.Setelah itu interface akan diletakkan pada status forwarding.
Saat terjadi STP Convergence, switch akan menentukan interface-interface mana yang akan dirubah statusnya. Namun, perubahan status dari blocking menjadi forwarding tidak bisa langsung dilakukan begitu saja, karena dapat menyebabkan frame looping temporarer. Untuk mencegah terjadinya looping temporarer itu, STP harus merubah status port tersebut menjadi 2 status transisi terlebih dahulu sebelum merubahnya menjadi forwardingyaitu:
  1. Listening: seperti halnya blocking, interface dalam keadaan listening tidak mem-forward frame. (15 detik)
  2. Learning: interface dalam status ini masih belum mem-forward frame, tapi switch sudah mulai melakukan pemeriksaan MAC address dari frame-frame yang diterima pada interface ini. (15 detik)
Switch akan menunggu 20 detik sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan status dari blocking menjadi forwarding, setelah itu butuh waktu 30 detik untuk transisi keListening dan Learning terlebih dahulu. karena itu total yang dibutuhkan agar suatu port berubah dari blocking menjadi forwarding adalah 20+30=50 detik

Selasa, 12 Oktober 2010

Instalasi WAN ( Site Survey)

Site Survey

Site survey adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengambil data untuk keperluan instalasi. Adapun data – data yang diperoleh dari hasil analisa adalah sebagai berikut :

  • Kondisi dan keadaan di sekitar, seperti halangan dan lokasi yang untuk mendirikan tower / pipa galvanis

  • Ketinggian lokasi dari permukaan tanah, jarak dan sudut ke BTS yang diukur dengan alat GPS ( Global Positioning System ), sehingga dapat diperoleh ketinggian tower / pipa galvanis yang diperlukan.

  • Jenis radio wireless, antenna dan channel yang digunakan.

Adapun analisa yang paling penting dalam site survey adalah LoS ( Line of Sigth ) yaitu sebuah zona garis penghubung antara penerima dengan pengirim link / sinyal. Setelah di lokasi di mark dengan GPS, kemudian di upload ke software peta permukaan tanah dunia contoh Global Mapper

Survei situs penilaian cakupan sinyal per setiap jalur akses dalam bangunan tertentu. Hal itu menegaskan dengan klien cakupan 100% pada sinyal tertentu menjamin karyawan tidak akan memiliki masalah dengan pengiriman paket di jaringan nirkabel. Setiap struktur bangunan akan memiliki desain yang menentukan karakteristik sinyal. Yang paling sering masalah yang mengakibatkan masalah dengan penurunan sinyal nirkabel termasuk air, logam, bangunan kontur dan perangkat yang memancarkan gangguan elektro-magnetik. Beberapa jalur akses dapat mengirim pola memperluas cakupan 100-170 kaki sementara beberapa akan memancarkan sinyal 50 meter dengan karakteristik yang sama.

Desain struktur bangunan memiliki banyak hubungannya dengan itu.

Berikut ini adalah gambaran tentang proses survei situs:

  • Diskusikan Sinyal / Kebisingan dan Data Rate dengan Klien

  • Mendapatkan Rencana Lantai

  • Survey Bangunan Memperhatikan Signal dan Cakupan

  • Dokumen Penempatan Akses Point

Apa yang kemudian sinyal diterima? Sinyal untuk pemisahan kebisingan sekitar 20-25 dBm pada 54 Mbps adalah minimum dengan desain paling. Survei situs perangkat lunak mengukur sinyal 75 dBm kebisingan kontinyu dan 95 dBm (75/95) akan cukup untuk memiliki karyawan terhubung dan mengirim paket dengan tingkat pelayanan yang sama sebagai klien kabel. Sebagai melemahkan sinyal menjadi lebih sulit untuk membedakan antara sinyal 80 dBm dan 95 dBm kebisingan (80/95). Ada sedikit pemisahan antara sinyal dan kebisingan membuat sulit untuk mendeteksi sinyal. Ini adalah kontra intuitif bahwa jumlah yang lebih besar adalah sinyal lemah namun kunci dengan sinyal dan pengukuran kebisingan sinyal adalah angka negatif dan karenanya nilai yang lebih rendah adalah bilangan yang lebih besar. Diskusikan dengan klien apa klien adaptor khusus, standar 802.11a/b/g wireless dan data rate mereka akan menerapkan dan survei dengan itu. Menyebarkan standar 802.11a tidak memerlukan sebuah survei terpisah jika Anda menerapkan dual band dan mengamati dengan 802.11g. Beberapa perusahaan dengan tuntutan bandwidth yang lebih tinggi akan meningkatkan cakupan sel dengan survei 802.11a terpisah. Hal ini bukan sebagai biaya yang efektif dengan jalur akses tambahan dikerahkan per cakupan sel. Mengkonfigurasi jalur akses dengan protokol 802.11a/b/g dipilih, daya pancar dan data rate. Mengatur data rate dan mengirimkan kekuatan adaptor klien untuk maksimum selama survei.

Survei tapak bangunan melibatkan berjalan-jalan dengan laptop di kereta powered dikonfigurasi dengan adaptor klien nirkabel Cisco dan Cisco Aironet Desktop Utility (ADU). Perangkat lunak ini adalah utilitas yang tersedia dengan adaptor Cisco klien. Jalur akses Cisco ditempatkan di suatu tempat tertentu di langit-langit di atas genteng atau langit-langit, dinding, desktop atau bilik dan cakupan sinyal pengukuran dicatat. Jalur akses yang akan dipindahkan sampai cakupan yang optimal terjadi untuk sel tersebut. Pilih modus Adu aktif untuk memeriksa data rate, status link dan kesalahan sementara survei. Cakupan sel dapat ditransfer ke lantai rencana gambar Visio dengan penempatan akses khusus dan batas-batas sinyal. Jalur akses dipindahkan sekitar sampai seluruh gedung dipetakan. Kekuatan sinyal minimum yang harus dicatat per sel cakupan. Jadi, secara spesifik mungkin seperti yang disebutkan mana jalur akses harus diterapkan. Beberapa klien akan punya rencana lantai yang membuat survei situs jauh lebih mudah untuk mendokumentasikan cakupan. Scan setiap rencana lantai sebagai gambar Visio mencatat penempatan tertentu jalur akses dan pengalihan saluran.

peta Anda akan memiliki beberapa tumpang tindih cakupan yang tidak perhatian. Anda harus menetapkan saluran yang tidak tumpang tindih dengan sel tetangga dan karyawan tidak akan memiliki masalah dengan gangguan saluran. Seperti yang disebutkan di 802.11b dan 802.11g standar nirkabel menggunakan band frekuensi 2,4 GHz yang dapat menimbulkan gangguan Namun ada 3 non-overlapping channel (1, 6 dan 11) yang dapat diberikan. Sebagai contoh bangunan Anda harus memiliki lantai utama dengan 17 kamar dan setiap jalur akses mencakup 3 kamar menggunakan saluran tugas berikut:

AP1 Channel 1 Kamar 1-3

Channel AP2 6 ruangan 4-6

AP3 Channel 11 Kamar 7-9

AP4 Channel 1 Kamar 10-12

AP5 Channel 6 Kamar 13-15

AP6 saluran 11 Kamar 16-17

Dalam beberapa kasus Anda mungkin sinyal telah overrun antara AP2 dan AP5 dengan bentuk desain bangunan tertentu. Penurunan daya pancar dari 100 mW sampai 20 mW pada salah satu atau kedua titik akses dan mengkonfirmasi kekuatan sinyal masih diterima di kamar-kamar. Jika pengaturan penurunan daya pancar tidak memungkinkan untuk cakupan yang sama, posisi perubahan jalur akses, menerapkan jalur akses tambahan di watt menurun atau antena eksternal. survei Situs mengambil trial and error beberapa tahu di mana jangkauan sinyal mungkin akan terjadi. Anda akan tahu setelah melakukan beberapa pengujian awal di sebuah bangunan khusus apa cakupan yang diharapkan. Berjalan dengan laptop ketika memulai dan mendapatkan beberapa pemahaman tentang pola sinyal. Sinyal menyerbu sering dapat terjadi di luar gedung sehingga merugikan keamanan dengan hacker di jalan. Survei situs tidak harus mengkonfirmasikan sinyal dibanjiri jalur akses daya pancar diminimalkan.

Multi-lantai bangunan akan memiliki beberapa jalur akses yang akan mengirimkan sinyal di beberapa lantai. Anda dapat saja penggunaan jalur akses yang lebih sedikit harus menutup jalur akses yang lantai atau penurunan daya pancar dan menetapkan saluran yang tidak tumpang tindih seperti yang dibahas. Masalah dengan sinyal overrun adalah kekhawatiran di mana jalur akses mencakup beberapa lantai dan tidak semua dari sebuah kamar di lantai lain. Anda ingin akses poin spasi dengan cakupan sinyal yang tepat dan minim tumpang tindih. Sekali lagi bangunan tersebut dapat memungkinkan untuk jalur akses untuk menutup lantai satu atau 2 lantai dengan kekuatan sinyal yang diperlukan di mana-mana. Haruskah lantai ketiga ada Anda dapat menyebarkan di lantai itu. Lantai pertama dan kedua akan mempunyai titik akses di lantai pertama. Menyebarkan di lantai dua akan menyebabkan sinyal tumpang tindih. Itu bukan merupakan masalah dengan saluran tidak tumpang tindih, namun klien dengan roaming cepat harus diasosiasikan dengan jalur akses terdekat. Memiliki jalur akses di lantai kedua dan ketiga dapat menyebabkan beberapa klien di lantai tiga untuk memilih jalur akses lantai dua atas memanfaatkan dan penurunan kinerja.

Klien mengirimkan sinyal dan memilih jalur akses yang terdekat dengan sinyal terbaik, angka yang lebih rendah dari klien dan pengaturan keamanan yang sesuai. Sebuah negosiasi antara titik akses dan adaptor klien terjadi dan data dikirim pada tingkat tertinggi didukung tersedia. Peta cakupan dengan penempatan jalur akses harus spesifik mungkin selama survei yang menggambarkan penempatan jalur akses. Menyebarkan semua jalur akses dan konektivitas uji. Dengan akses semua poin transmisi kemungkinan terjadi gangguan dan untuk desain dapat dimodifikasi sebelum penempatan. Sinyal menyerbu luar dapat diuji mengkonfirmasikan sinyal tetap dalam batas-batas dinding dan tidak ada akses dari jalan. Spektrum analisa dapat digunakan selama survei situs atau setelah memeriksa frekuensi dengan gangguan dan sumber mungkin. Mendefinisikan rencana tes keamanan adalah ide yang baik setelah menyebarkan jalur akses.

Buatlah catatan survei tentang masalah mounting, di mana outlet listrik AC tidak tersedia, jarak antara lemari pengkabelan dan jarak antara titik akses kabel dan saklar. Cisco tidak memiliki nirkabel yang tersedia di luar jembatan yang menghubungkan bangunan dengan saling berhadapan. Ada sebuah survei yang terlibat dengan mengerahkan jembatan yang menganggap rugi rugi lintasan dengan sinyal ditransmisikan dan bagaimana masalah lingkungan hidup seperti angin dan hujan akan mempengaruhi data yang dikirimkan.